Monday, October 3, 2016

S2 Magister Management, Apa perlu?





Pertama, saya mau mengingatkan dan memberi batasan tentang tulisan saya kali ini. Sebelum semakin jauh, tulisan ini hanya terbatas kepada gelar master yang anda ambil full time dan berada di dalam negeri. Karena tulisan ini berdasarkan kisah nyata, kisah saya sendiri. Jadi pendapat ini murni dari pengalaman saya.
Jangan dipukul ratakan dengan pengambilan master yang dibarengi dengan kerja, mungkin motifnya karena karir yang sudah mentok dan mengharuskan latar belakang pendidikan di tingkat master. Atau jangan disamakan dengan mengambil gelar master diluar negeri, karena mungkin itu hanya ingin jalan-jalan keluar negeri sambari menuntut ilmu. Bahkan jika beruntung dapat beasiswa dan bisa jalan-jalan tanpa harus menguras kocek terlalu dalam. Oiya! Beasiswa, juga harus dimasukkan dalam pengecualian, karena ya namanya gratis kan, sama juga jika anda kebanyakan uang, jadi mungkin motifnya buang-buang uang.
Bicara tentang motif saya. Saat ditanya kenapa ambil S2 oleh teman saya sesama mahasiswa, saya menajawab “gue pengen kerja kantoran”. Bahkan ada yang tertawa mendengar hal itu. Ngapain capek-capek ambil S2 kalo cuma mau kerja kantoran, banyak cara lain untuk itu.
Mereka lupa, bahwa jawaban yang saya ucapkan sebenarnya sangat realistis. Ada motif lebih baik untuk mengubah kita menjadi pemenang? Iya, menurut saya S2 adalah perkumpulan orang kalah. Berkaca dari diri sendiri, saya mahasiswa yang terlambat lulus dan ingin kuliah lagi? Tanpa ada bekal pengalaman pekerjaan? Lalu ingin mau masuk kelubang yang sama?
Dari sisi petemanan, bayangkan bila perkumpulan dengan orang-orang sesuai deskripsi saya tadi disatukan. Jika anda berharap anda akan mendapatkan peluang-peluang bisnis yang menggiurkan, kemungkinan itu kecil. Jika ada berharap bisa mengkawinkan bisnis anda dengan bisnis yang lain, kemungkinan itu kecil, karena bisnis anda sendiri mungkin masih jauh dari kata matang. Apabila anda berharap dapat pemikiran-pemikiran baru dan menarik, juga kemungkinan itu kecil, karena memang pengalaman tiap mahasiswa masih belum banyak.
Saya sendiri merasakan perbedaan yang sangat jelas, antara teman yang sudah bekerja dan belum bekerja. Cara dan pola berpikir lebih relalistis. Saat menerima teori dari  textbook tidak ditelan secara mentah-mentah. Mereka cenderung mengkritisi teori-teori tersebut dengan kondisi real di lapangan, dan itu menurut saya sangat menarik.
Dari sisi masa depan diperusahaan. Jangan berharap anda akan mendapatkan start yang bagus. Duduk dikursi jajaran orang yang berpengaruh di perusahan, pikiran itu sebaiknya disingkirkan terlebih dahulu. Anda akan mendapatkan posisi yang tidak jauh berbeda dengan lulusan sarjana pada umumnya. Dari segi kompensasi juga otomatis tidak jauh berbeda. Betul ada kesempatan-kesempatan lain yang memberikan tawaran yang lebih menarik. Tapi saya disini berbicara kesempatan bekerja pada umumnya.
Terlepas dari itu, sebenarnya banyak juga kelebihan yang didapat dari mengambil gelar master secara langsung. Tapi memang tidak saya bahas disini. Saya hanya ingin memberikan sudut pandang lain, dari anggapan mengambil gelar master itu penting dan suatu kewajiban. Padahal menurut saya kuliah gelar master hanyalah kumpulan orang-orang kalah, tetapi mereka yang sadar kalah dan ingin menjadi pemenang. :D

No comments:

Post a Comment